Rabu, 18 September 2013

metode pembelajaran


  1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
             Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat  penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.  Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Apakah model pembelajaran kooperatif  itu? Model pembelajaran kooperatif  merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

   Kelompok yang dimaksud bukanlah semata-mata sekumpulan orang tetapi di dalam kelompok tersebut harus terdapat interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur dan groupness (Suprijono, 2009: 57). Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson (Suprijono, 2009:58) mengemukakan bahwa ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu:
  1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif )
  2. Personal responsibility ( tanggungjawab perseorangan )
  3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )
  4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota )
  5. Group processing ( pemrosesan kelompok )
Pembelajarn kooperatif ini merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (Sanjaya, 2008:242 ) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri oranglain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini ,memiliki kelemahan.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :
  • Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar
  • Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah. 
  • Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. 
  • Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim. dkk, 2000 : 6).

Ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
  1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
  2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
  4. Memperbaiki kehadiran 
  5. Angka putus sekolah menjadi rendah
  6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
  7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
  8. Konflik antar pribadi berkurang
  9. Sikap apatis berkurang
  10. Pemahaman yang lebih mendalam
  11. Motivasi lebih besar
  12. Hasil belajar lebih tinggi 
  13. Retensi lebih lama
  14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakandalam kelompoknya.
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggotakelompok mempunyai tujuan yang sama.
  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

  1. B.    SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tabel 1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : present goals and set
Menyampaikan tujuan dan memper siapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2 : present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.
Fase 3 : organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase  4 : assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 Fase 6 : provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.


Adapun prosedur pembelajaran koooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap ( Sanjaya, 2006: 248 ), yaitu :
  1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang pelajran yang harus dikuasai dan selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam kelompok (tim).
  1. Belajar dalam kelompok
Setelah guru memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar dalm kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
  1. Penilaian
Penilaian dalm pembelajran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun kelompok.
  1. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau penghargaan tersebut diharapakan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

  1. C.    TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
    1. 1.    Metode STAD (Student Achievement Divisions) 
STAD ( Student Team Achievment Division ) dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University dan merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan metode yang sangat mudah diterapkan dalam pembelajaran MIPA. Seperti dalam kebanyakan model pembelajarn kooperatif lainnya, model STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan tanggungjawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.
Dalam model STAD kelompok terdiri atas empat sampai lima siswa yang mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras. Kelompok merupakan tampilan yang paling penting dalam STAD dan penting pula bagi guru dalam rangka mengarahkan anggota masing-masing kelompok.
Penerapan model pembelajaran koopratif tipe STAD merujuk pada konsep Slavin ( 2008 ) yang terdiri dari lima komponen utama/langkah yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Komponen atau langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
  1. 1.      Tahap Penyajian Materi / Presentasi Kelas
Kegiatan penyajian materi dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di kelas yang dilakukan oleh guru dengan metode ceramah, demonstrasi atau diskusi, tetapi juga bisa memasukkan presentasi audisional. Slavin ( 2008 : 144 ) mengungkapkan bahwa “Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah berfokus pada unit-unit STAD”. Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selam apresentasi kelas, karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor yang menentukan skor tim mereka.
Lebih jelasnya bahwa pada tahap ini guru memulai denagn menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akna dipelajari. Dilanjutkan dengan memberi apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa tentang materi pra syarat yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajiakn dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
  1. 2.      Tahap Kerja Kelompok / Tim
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap pointnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus melakukan yang tebaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim terdiri dari empat sampai lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnitas. Fungsi utama dari ti ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. “Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu , saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman siswa masing-masing” (Slavin, 2008 : 4).
Tahap kerja kelompok ini merupakan tahapan yang paling penting dan merupakan ciri khas dari model STAD. Kerja kelompok ini memerlukan satu atau dua jam pelajaran untuk masing-masing kelompok menuntaskan materi yang telah diberikan. Anggota kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan LKS yang telah disiapkan dan guru perlu memeriksa bahwa setiap anggota kelompok dapat menjawab semua pertanyaan dalam LKS. Guru perlu memotivasi siswa dalam kelompok untuk saling bekerja sama karena dari tahap ini siswa akan saling mengajari dan belajar dsari temannya. Dalam tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sehingga untuk membantu proses ini, guru bekeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain sambil mengajukan pertanyaan dan memotivasi siswa untuk menjelaskan jawabannya.
  1. 3.      Kuis
Pada tahap ini guru menyelenggarakan tes unttuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa dalam bentuk sebuah kuis. Kuis ini dilakukan sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik dalam tim. “Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggungjawab secar individual untuk memahami materi” ( Slavin, 2008:144 ).
  1. 4.      Skor Kemajuan Individual
Skor perkembangan individu diperoleh dari perbandingan antara skor awal(pretest) sebelum diadakan pembelajaran dengan skor yang diperoleh siswa setelah diadakanan pembelajaran model kooperatif tipe STAD (posttest). Berdasarkan pretest siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
Tabel
Kriteria pemberian skor perkembangan individu
No.
Skor tes
Skor perkembangan
1
Lebih dari 10 point di bawah skor awal
5
2
Antara 10 sampai 1 point di bawah skor awal
10
3
Skor awal sampai 10 point di atas skor awal
20
4
Lebih dari 10 point di atas skor awal
30
5
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
30
Sumber : Slavin ( 2008: 159 )
Contoh perhitungan:
Seorang siswa dalam kelompok belajar memperoleh skor awal (pretest) yaitu 20 skor maksimal yang harus diperoleh (misalnya skor maksimal 30). Kemudian setelah melaksanakan posttest siswa tersebut mendapatkan skor 25 maka nilai perkembangan yang disumbangkan siswa tersebut untuk kelompoknya adalah 20 (karena nilai posttesr yang diperoleh adalah 5 point diatas skor pretest).
  1. 5.      Rekognisi Tim / Penghargaan
Salah satu hal yang membangkitkan motivasi siswa adalah dengan memberikan sebuah penghargaan. Begitupun dalam kelompok, penghargaan yang diberikan dapat membuat sebuah kelompok lebih kompak dan lebih aktif lagi untuk belajar. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Slavin, 2008: 146). Adapun kriterianya dapat ditunjukkan dalam tabel di bwah ini.
Tabel
Kriteria Tingkat Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata tim )
Predikat
0 ≤ x ≤ 5
-
5 ≤ x ≤ 15
Tim baik
15 ≤ x ≤ 25
Tim hebat
25 ≤ x ≤ 30
Tim super

Tidak ada komentar:

Posting Komentar